Jumat 31 Jul 2015 22:22 WIB

Pemerintah Siapkan Skenario Terburuk Antisipasi Dampak Kekeringan

Rep: Sonia Fitri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Petani sedang mengumpulkan padi yang mengalami kekeringan di Kampung Setu, Bekasi Barat, Kamis (30/7).  (Republika/Tahta Aidilla)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Petani sedang mengumpulkan padi yang mengalami kekeringan di Kampung Setu, Bekasi Barat, Kamis (30/7). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Kabinet (Seskab) Andi Widjajanto menyebut, pemerintah tengah menyusun skenario terburuk mengantisipasi dampak El Nino 2015. Skenario tersebut termasuk bagaimana menanggulangi kebakaran hutan dan gagal panen pertanian.

"Kemungkinan akan ada pelibatan dan sinergi dengan TNI, salah satunya untuk mempercepat pengeboran sumur di wilayah tertentu," kata dia ditemui di Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Jumat (31/7).

Rencana-rencana tersebut akan dibahas dalam rapat terbatas yang akan dipimpin langsung oleh Presiden bersama 18 kementerian dan lembaga terkait. Ditegaskannya, langkah-langkah antisipasi kekwringan telah dilakukan sejak Desember 2014.

Misalnya, Kementerian Pertanian telah membangun irigasi tersier dari Jawa hingga NTT. Tujuannya untuk menyelamatkan sawah dari gagal panen akibat kekeringan. Namun, memperhatikan perkembangan dan pergerskan gelombang panas El Nino, dilakukanlah koordinasi lanjutan agar penanggulangan kekeringan lebih sinergi.

Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya telah melaporkan perkembangan kondisi kekeringan 2015. Di mana, El Nino telah masuk kategori sedang dan diprediksi akan menguat mulai Agustus hingga Desember 2015. Tren penguatan El Nino 2015 tampak dari kenaikan indeks ENSO dari 1,6 pada Juni menjadi 2,2 pada Desember 2015.  

Kawasan terdampak kekeringan terutama melanda sebelah selatan khatulistiwa meliputi Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. "Kekeringan tahun ini berpotensi lebih parah dibandingkan 1997," katanya.

Data BMKG menyebut, El Nino tahun 1982/1983 dan tahun 1997/1998 adalah dua kejadian El Nino terhebat yang pernah terjadi di era modern. Dampaknya kala itu terasa secara global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement