REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perlambatan ekonomi membuat Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) merevisi target omzet 2015 menjadi Rp 165 triliun, dari target awal sebesar Rp 184 triliun. Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mendey berharap pada kuartal II/2015 pertumbuhan ekonomi bisa membaik sehingga omzet retail dapat menjadi lebih baik.
Aprindo juga berharap BI rate dapat diturunkan. Roy mengatakan, BI rate setara dengan suku bunga pinjaman dan tabungan. Apabila BI rate naik, maka otomatis suku bunga pinjaman akan ikut naik dan mempengaruhi nilai produktivitas. Meski angka BI rate tetap, Roy berharap Bank Indonesia bisa menurunkan BI rate di level 5 persen, karena BI rate menjadi katalisator untuk segala instrumen perbankan.
"Pedagang di retail ini tergantung dari berbagai instrumen, seperti pemerintah, regulasi, dukungan dan juga konsumsi masyarakat," ujar Roy, Ahad (28/6).
Roy mengatakan, dengan regulasi instrumen yang berpihak maka pengusaha retail akan meningkat. Namun apabila ada penekanan dalam hal pengaturan maka akan menggerus pengusaha retail. Roy mencontohkan, salah satu instrumen yang saat ini sedang dikaji adalah pengenaan bea materai ke konsumen.
Rencananya setiap belanja Rp 250 ribu akan dikenai bea materai sebesar Rp 3.000, sedangkan belanja di atas Rp 1 juta kena bea materai Rp 6 ribu. Roy berharap, kebijakan tersebut jangan diberlakukan pada masa sekarang karena memberikan dampak pada konsumen dan menggerus konsumsi.