REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian BUMN selaku pemegang saham PT Angkasa Pura I (Persero) melakukan pergantian posisi Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (22/06).
Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN No. SK-98/MBU/06/2015 tanggal 22 Juni 2015, Direktur Utama Angkasa Pura I Tommy Soetomo digantikan oleh Sulistyo Wimbo Hardjito, yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Pelni (Persero). Selain itu, Saptandri Widiyanto juga masuk ke dalam jajaran direksi Angkasa Pura I, menggantikan posisi Daan Achmad yang sejak 15 Januari 2015 lalu telah dilantik sebagai direksi di PT Angkasa Pura II (Persero).
"Dengan demikian, maka susunan direksi baru Angkasa Pura I saat ini adalah Sulistyo Wimbo Hardjito sebagai direktur utama, didampingi lima orang direktur, yaitu Robert Daniel Waloni, Gunawan Agus Subrata, Yushan Sayuti, Polana B Pramesti, dan Saptandri Widiyanto," ujar Corporate Secretary Angkasa Pura I Farid Indra Nugraha, dalam siaran pers kepada Republika, Senin (22/6).
Farid menambahkan, sejak menjabat sebagai Direktur Utama Angkasa Pura I pada 23 Juli 2010, Tommy Soetomo berhasil membawa Angkasa Pura I menjadi salah satu BUMN yang diperhitungkan. Jika di 2010 Angkasa Pura I mencatatkan total pendapatan bersih sebesar Rp 377,9 miliar, di akhir 2014 keuntungan perusahaan ini mencapai Rp 928,6 miliar, atau meningkat 172 persen.
Padahal, dari sisi pertumbuhan penumpang yang dilayani 13 bandara di bawah pengelolaan Angkasa Pura I, pada 2010 Angkasa Pura I melayani 49,1 juta penumpang, sedangkan 2014 sebanyak 73,2 juta penumpang, atau hanya tumbuh sekitar 49 persen. Sementara aset Angkasa Pura I saat ini tercatat 15,8 triliun, meningkat 73,6% jika dibandingkan aset tahun 2010 yang besarnya Rp 9,1 triliun.
Dia melanjujan, di bawah nakhoda Tommy, Angkasa Pura I berhasil mengakselerasi pengembangan dan pembangunan bandara di bawah pengelolaannya. Sepanjang 2010-2014, Angkasa Pura I tercatat telah mengoperasikan beberapa terminal baru, seperti terminal baru Bandara Internasional Lombok di Praya, Lombok Tengah pada 20 Oktober 2011, dan terminal internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali (19 September 2013).
Selain itu, juga difungsikan terminal 2 Bandara Juanda Surabaya (14 Februari 2014), terminal baru Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan (22 Maret 2014), dan terminal domestik baru Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali (17 September 2014).
"Telah dilakukan pula groundbreaking Bandara Ahmad Yani Semarang pada 17 Juni 2014 dan groundbreaking pembangunan Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin pada 18 Mei 2015," lanjutnya.
Melalui akselerasi pengembangan bandara tersebut, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali dan Bandara Juanda Surabaya yang berhasil berhasil mencatatkan diri masuk dalam sepuluh besar bandara dengan tingkat layanan terbaik di dunia berdasarkan survei Airport Service Quality (ASQ) yang dilakukan Airport Council International (ACI).
Menurut survei pada kuartal I/2015, Bandara I Gusti Ngurah Rai menjadi bandara terbaik nomor tiga, "Sedangkan Bandara Juanda berada di posisi ketujuh di dunia untuk kategori bandara dengan jumlah penumpang 15 hingga 25 juta penumpang per tahun,"