REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengawal proses panen bawang merah di Bima Nusa Tenggara Barat (NTB), Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mendapati hasil panen sebanyak 40 ribu ton dari wilayah tersebut. Jika digabung dengan produksi dari Brebes sebanyak 50 ribu ton, maka kebutuhan bawang merah nasional selama sebulan sebanyak 90 ribu ton bisa dipenuhi dari dua sentra produksi bawang merah tersebut.
"Panen di sini kualitasnya bagus, kita tanam 2.000 hektar saja selesai ini masalah bawang merah, tidak impar-impor saja," kata Amran di Desa Sangia, Sape, Bima NTB sebagaimana dikutip dalam rilis pada Sabtu (20/6). Pasokan bawanh, lanjut dia, bahkan surplus karena wilayah lain penghasil bawang merah lainnya pun tengah panen yakni di Banyuwangi, Enrekang, Janeponto, Minahasa, dan Probolinggo.
Amran memastikan produksi panen yang ada di Bima akan langsung dibeli oleh Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) untuk segera disebarkan ke daerah-daerah yang menunjukkan harga bawang merah tinggi seperti Jakarta, Jawa Timur Lampung, dan Sulawesi Selatan.
Diterangkannya, harganya dari petani hanya Rp 6 ribu per kilogram. Bulog membeli Rp 8 ribu per kilogram dan langsung dikirim ke Jakarta, Jawa Timur, Lampung, dan Sulawesi Selatan. Pascapengiriman, harga diharapkan stabil.
Amran mengakui, Indonesia memang masih melakukan impor untuk tujuh komoditas yakni beras, jagung, kedelai, gula, cabai merah, bawang merah, dan gula. Makanya, upaya memotong rantai pasok bawang merah yang sebelumnya mencapai tujuh rantai, akan dipangkas jadi tiga atau empat dengan mensinergikan Kementan, Bulog dan Kementerian Perdagangan.
"Dari petani harganya Rp 6-7 ribu per kilogram, seenaknya saja dijual di Jakarta Rp 30 ribu-Rp 40 ribu per kilogram, ini yang harus kita pangkas rantai pasoknya," tegas dia.