REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung menyatakan, kebijakan reformasi subsidi BBM berpengaruh signifikan pada impor minyak. Menurutnya, kebijakan itu pun bisa mendorong neraca perdagangan sehingga surplus dalam lima bulan terakhir.
"Perkembangan terakhir kan menunjukkan trade balance (neraca perdagangan) surplus. Impor minyak juga berkurang karena harga minyak lebih rendah," ujarnya kepada wartawan, Kamis, (18/6).
Ia menambahkan, dampak berikutnya yaitu perbaikan defisit transaksi berjalan (CAD). Diperkirakan sampai akhir tahun bisa di bawah tiga persen atau lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
"Untuk keseluruhan tahun pada kisaran 2,5 persen," tuturnya. Meski begitu, bagi Agung itu tak hanya dapat memperkuat rupiah, karena walau ada perbaikan secara fundamental ekonomi, tapi masih ada persoalan eksternal yang turut memengaruhi.
Misalnya saja mengenai rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang bakal menaikkan suku bunga acuan. Lalu ada pula ketidakpastian dari negosiasi utang Yunani, sebab masih belum mendapatkan titik temu.