REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Didin S Damanhuri mengatakan kepemilikan asing yang dominan akan berbahaya bagi perekonomian bangsa, karena kendali pemerintah atas perekonomian bangsa dapat goyah.
"Perbankan kita terlalu riskankalau dikuasai perusahaan asing," katanya usai Kajian Tengah Tahun Indef atau Institut Pengembangan Ekonomi dan Keuangan bertemakan "Kredibilitas Kebijakan di Persimpangan," di Jakarta, Rabu (10/11).
Ia mengatakan perbankan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga kepemilikan asing terhadap perbankan yang 99 persen akan dapat membuat goyah perekonomian bangsa.
"Perbankan itu kan urat nadi perekonomian," ujarnya.
Menurutnya, Indonesia selama ini bersifat lebih liberal untuk kepemilikan asing dalam perbankan nasional di Asean.
"Indonesia paling liberal, bisa 99 persenitu dikuasaioleh asing, bayangkan Asean punya rata-rata 34 persen kepemilikan asing di dalam perbankan," uarnya.
Ia mengatakan Indonesia sesungguhnya mempunyai potensi berinvestasi dalam perbankan daripada memberikan ruang dominan bagi kepemilikan asing dalam perbankan nasional.
Pemerintah dapat mewajibkan eksportir menyimpan devisa hasil ekspor dalam perbankan nasional sehingga meningkatkan modal perbankan.
Menurutnya, pembatasan saham asing pada perbankan nasional harus dilakukan demi menjaga stabilitas ekonomi dan menghindari ketergantungan penuh terhadap asing.
Ia mengatakan kepemilikan asing pada saham di perbankan nasional hanya sebagai pemicu efisiensi anggaran bukan sumber utama.
"Boleh asing itu tapi untuk 'trigger' (pemicu) kepada efisiensi, tapi kalau sudah 99 persen bahaya," kata dia.