REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Managing Director World Bank Sri Mulyani mengatakan 15 persen masyarakat bawah merasakan manfaat dari adanya pembangunan. Sejumlah pembangunan ekonomi dalam dua tahun terakhir, lanjutnya, terbukti telah berhasil membantu mengurangi angka kemiskinan.
Namun, suksesnya pertumbuhan ekonomi, ia katakan, juga memberikan dampak negatif dengan mengorbankan lingkungan. Meski PDB meningkat dan kemiskinan berkurang drastis, tapi jika tidak dibarengi dengan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan akan kehilangan pertumbuhan seperti yang terjadi di Cina.
"Seperti Cina yang tumbuh dua digit dalam beberapa tahun terakhir dan kehilangan sembilan persen pertumbuhan karena tidak melakukan green infrastructure. Maka itu, Cina sekarang menjadi penggerak menuju proses green infrastructure," ujarnya dalam acara Indonesia Green Infrastructure Summit (IGIS) 2015 di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (9/6).
Jika ingin berhasil mengakhiri kemiskinan, ia mengatakan tidak bisa hanya memberdayakan pertumbuhan saja, melainkan juga lingkungan terutama green infrastructure.
Mantan Menteri Keuangan itu menambahkan, di beberapa negara banyak yang gagal lantaran tidak bisa mengolah potensinya dalam mengelola pembangunan yang ramah lingkungan. Padahal menurutnya, pembangunan ramah lingkungan dapat memacu pertumbuhan lebih baik lagi.
"Energi yang kita kelola perlu bersih dan efisien. Kita harus mengelola secara bertanggung jawab dan energi berkelanjutan merupakan kepentingnan mendesak untuk listrik, air juga penting," sambungnya.
Berkaca dalam kunjungannya ke Afrika tepatnya Ethiopia dimana sebagian besar masyarakatnya hidup dalam kegelapan karena tidak adanya listrik.
"Tanpa listrik ibu dan anak-anak perempuan harus berjalan jauh untuk menimba air, tanpa listrik anak-anak tidak bisa mengerjakan tugas sekolahnya, dan tanpa listrik pengusaha tidak bisa kompetitif," lanjutnya.