REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia menyatakan nilai tukar rupiah yang terus melemah dalam tiga hari terakhir merupakan akibat sentimen eksternal.
"Memang beberapa hari ini, sentimen agak memburuk karena pengaruh dari antara lain pernyataan dari bank sentral AS dan negosiasi yang tidak begitu menggembirakan mengenai utang Yunani. Ini yang mendorong rupiah agak tertekan," kata Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah, Jumat (5/6).
Berdasarkan data kurs referensi JISDOR Bank Indonesia, rupiah mencapai Rp13.288 per dolar AS pada Jumat, meningkat dibandingkan dua hari sebelumnya Rp13.196 per dolar AS.
"(Pelemahan rupiah) ditambah juga memang akibat menjelang akhir bulan Mei yang lalu, kebutuhan valas agak naik karena untuk kebutuhan membayar utang," ujar Halim.
Menurut Halim, saat ini seluruh dunia memang sedang memantau isu-isu terutama yang terkait dengan kemungkinan dinaikkannya suku bunga oleh The Fed.
"Kalau kita lihat faktor-faktor fundamental ekonomi AS terus menunjukkan? perbaikan dan yang agak kami pantau terus adalah adanya kecenderungan tingkat upah di AS yang sudah mulai naik." kata Halim.
Halim menuturkan, naiknya tingkat upah di AS lebih cepat dibandingkan tahun lalu. Apabila tingkat upah sudah mulai naik, lanjutnya, biasanya inflasi di AS juga cenderung ikut naik.
"Kalau inflasi cenderung naik, The Fed mungkin akan menaikkan suku bunga. Ini sedang kami tunggu," ujar Halim.