Rabu 03 Jun 2015 14:15 WIB

Harga Minyak Menunjukkan Penguatan

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Winda Destiana Putri
Harga Minyak Naik (Ilustrasi)
Foto: Mentalfluss Blogspot
Harga Minyak Naik (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Turunnya nilai dolar pascamembaiknya ekonomi zona Eropa membuat turut mengerek harga minyak.

Acuan harga minyak AS West Texas Intermediate mencatat harga minyak untuk Juli naik 1,06 dolar AS menjadi 61,26 dolar AS per barel di New York pada Selasa (2/6). Di London, acuan Brent Crude untuk Juli naik 61 sen menjadi 65,49 dolar AS per barel.

Dolar melemah dua persen dibanding euro dan turun 0,5 persen dibanding yen setelah inflasi Eropa mencapai 0,3 persen pada Mei lalu. Inflasi ini lebih baik dari yang diprediksi dan menghilangkan kekhawatiran deflasi zona Eropa.

''Faktor terbesar adalah dolar. Dolar dan harga minyak punya korelasi kuat. Jadi kapan saja dolar lemah, harga minyak naik,'' kata konsultan energi IAF Advisors Cooper seperti dikutip AFP, Selasa (2/6).

Cooper juga memprediksi laporan mingguan harga minyak di AS akan menguat dengan peningkatan permintaan dan pasokan yang mulai diperlambat. Ini tentu akan mengerek harga.

Ini tentu membawa angin segar bagi para produsen minyak meski situasi masih belum pasti. Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pun masih mengamati perkembangan yang terjadi.

Dipimpin Arab Saudi, OPEC tak gentar mengurangi produksinya dan menganggap ini strategi yang diyakini bisa membantu pemulihan harga minyak.

Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi yakin strategi ini akan berhasil. ''Permintaan mulai meningkat. Pasar mulai stabil,'' kata al-Naimi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement