Jumat 29 May 2015 23:37 WIB

Kenaikan Tarif BM Baja Direspon Positif Kalangan Industri Nasional

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Besi dan Baja Prioritas Industri di Indonesia: Pekerja melakukan bongkar muat besi baja di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Kamis (28/5).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Besi dan Baja Prioritas Industri di Indonesia: Pekerja melakukan bongkar muat besi baja di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Kamis (28/5).

REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta -- Kalangan industri baja menyambut positif dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan(PMK) No 97/PMK.010/2015 yang berisi tentang kenaikan tarif bea masuk(BM) untuk kategori Most Favoured Nation (MFN) produk baja. Untuk produk baja lembaran canai panas (hot rolled coil dan plate) menjadi 15 persen dari sebelumnya 5 persen, sedangkan untuk produk lainnya kenaikannya bervariasi antara 5-10 persen.

Regulasi ini bertujuan melindungi industri baja dalam negeri dari serbuan produk baja impor, akibat adanya kondisi oversupply produksi baja dunia. Direktur Pemasaran PT Krakatau Steel Tbk Dadang Danusiri mengatakan pihaknya mengapresiasi regulasi tersebut karena sudah ditunggu oleh kalangan industri baja nasional.

Menurutnya, kebijakan ini berdampak tingkatkan utilisasi kapasitas industri baja nasional yang saat ini sangat rendah akibat membanjirnya produk baja impor. "Kami menyambut baik kebijakan kenaikan tarif Bea Masuk MFN produk impor baja. Ini sudah ditunggu-tunggu oleh industri baja nasional," kata Dadang di Jakarta, Jumat (29/5).

Ia menambahkan, Krakatau Steel sebagai produsen baja nasional berkomitmen meningkatkan pasokan untuk memenuhi kebutuhan pengguna baja domestik yang beralih ke produk baja lokal akibat lebih mahalnya produk impor. Dadang menjelaskan dikeluarkan aturan ini sebenarnya untuk membangun keseimbangan industri baja dalam negeri.

Artinya, kesinambungan usaha di sektor industri hilir yang merupakan pelanggan pengguna produk baja terus didukung Krakatau Steel dengan pasokan produk dan layanan yang kompetitif. "Tidak mungkin pabrik baja hulu dapat hidup tanpa industri pengguna hilir," jelasnya.

Dengan kebijakan tersebut, menurut Dadang, diharapkan industri nasional akan mendapat manfaat optimal dari rencana pembangunan infrastruktur yang tengah dipacu oleh pemerintah sehingga akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan.

Sebelumnya, Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) mengatakan dikeluarkan kebijakan tersebut untuk melindungi industri baja dalam negeri dari serbuan baja impor. "Kenaikan BM impor baja bakal meningkatkan penyerapan dan penggunaan baja produksi dalam negeri," kata Direktur Eksekutif IISIA Hidayat Triseputro.

Adapun Peraturan Menteri Keuangan(PMK) No. 97/PMK.010/2015 berisi kenaikan tarif bea masuk beberapa produk baja utama antara lain sebagai berikut :

a. Baja lembaran canai panas (hot rolled coil/plate), dari 5 persen menjadi 15 persen

b. Baja lembaran canai dingin (cold rolled coil/sheet), dari 7,5-10 persen menjadi 15 persen

c. Batang kawat (wire rod), dari 5 persen menjadi 15 persen

d. Baja tulangan beton, dari 10 persen menjadi 17,5 persen

e. Baja lebaran lapis seng, dari 12,5 persen menjadi 20 persen

f. Baja lembaran lapis aluminium-seng, dari 12,5 persen menjadi 20 persen

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement