REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi ekonomi di pasar global yang mengalami penurunan tidak berpengaruh besar terhadap permintaan ekspor perhiasan nasional. Pada Maret tahun ini, nilai ekspor perhiasan dan permata mencapai 538,4 juta dolar AS atau meningkat sebesar 24,15 persen dibandingkan Februari 2015.
Menteri Perindustrian, Saleh Husin menyatakan kegiatan usaha perhiasan di Indonesia semakin berkembang. Dengan jumlah perusahaan yang bergerak pada industri perhiasan mencapai 36.636 unit dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 332.802 orang dengan nilai produksi sebesar Rp11,15 triliun.
Potensi yang begitu besar ini dapat membantu industri batu mulia Indonesia terus meningkat. Ekspor perhiasan dan permata sebagai komoditi, menurut Saleh, terus memberikan nilai positif pada ekspor non migas setiap bulannya.
Ia mencontohkan, Maret 2015, nilai ekspor perhiasan dan permata mencapai 538,4 juta dolar AS, atau naik 24,15 persen dibandingkan Februari 2015. "Dalam perkembangannya, industri batu mulia dan permata di Indonesia masih dihadapkan dengan beberapa tantangan dan permasalahan seperti belum diakui oleh dunia internasional karena tidak adanya lembaga sertifikasi perhiasan di Indonesia yang diakui oleh dunia internasional,” Kata Saleh Husin pada acara peresmian pendirian Asosiasi Batu Mulia Indonesia (ABAMI)..
Hambatan lainnya, lanjut Saleh, cadangan bahan baku batu mulia Indonesia diekspor dalam bentuk mentahan dengan harga murah. Selain itu, penerapan teknologi dengan penggunaan mesin dan peralatan yang modern dalam teknik proses produksi masih sangat minim karena keterbatasan modal investasi.
Atas dasar itu perlu dilakukan upaya-upaya terobosan untuk meminimalisasi permasalahan yang dihadapi. Beberapa langkah terobosan yang dapat dilakukan antara lain, membentuk lembaga sertifikasi yang terstandar secara internasional.
Sehingga dapat menerbitkan sertifikat batu mulia Indonesia yang diakui oleh dunia internasional. Serta pelatihan dalam rangka peningkatan kemampuan sumber daya manusia baik di bidang desain, cutting (pemotongan) batu mulia, serta penerapan teknologi terkini.
Saleh berharap, dibentuknya Asosiasi Batu Mulia Indonesia (ABAMI) dapat menjadi partner semua kementerian untuk memetakan potensi batu mulia.
“Adanya asosiasi batu mulia dapat membuat strategi yang komprehensif dalam industri batu mulia sehingga setiap pemangku kepentingan memahami perannya masing-masing,” tutur Saleh.
Sedangkan Ketua Umum ABAMI, Indra Fahrizal menyatakan, saat ini laboratorium gemology di Indonesia belum banyak terafiliasi oleh tenaga ahli. Hal tersebut membuat batu mulia asal Indonesia belum dipandang dunia internasional.
“Orang masih berfikir Srilanka, Thailand, India, Birma, Brazil dan Eropa,” kata Indra.
Indra meminta pemerintah memberikan dukungan terhadap ahli gemologi tersebut dengan memberikan pelatihan agar mendapatkan sertifikasi ahli gemologi. Terlebih sertifikasi tersebut merupakan salah satu aturan yang ditetapkan di internasional.
“Makanya kita mengusulkan kepada kementerian Perindustrian supaya semua orang ini harus diedukasi tentang materialnya. Kami ingin Indonesia menjadi master of gemologi yang akan menghasilkan ahli-ahli gemologi, itu bentuknya lembaga pelatihan serta orang-orang ahli gemologi itu mendapat sertifikasi,” tandasnya.