REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan volatilitas harga minyak dunia saat ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global yang sedang mengalami kelesuan.
"Volatilitas harga minyak dunia ini sangat menentukan karena menyebabkan perlambatan pertumbuhan global," katanya di Jakarta, Kamis (7/5).
Bambang mengatakan rendahnya harga minyak dunia ini memang baik dalam jangka pendek. Namun, tidak berdampak positif dalam jangka menengah dan panjang, antara lain karena bisa mempengaruhi harga komoditas secara berkelanjutan.
"Turunnya harga minyak akan membuat harga komoditas lain 'persistent' dalam kondisi 'low price'. Harga minyak (dunia) diperkirakan naik dalam jangka waktu dekat, mungkin setahun atau lebih untuk naik normal lagi pada 80-90 dolar AS," ujarnya.
Ia mencontohkan salah satu profesi yang bisa terkena dampak adalah petani karet karena komoditas karet olahan harganya bisa ikut berfluktuasi ketika harga minyak dunia mengalami penurunan tajam.
"Kondisi ini harus diperhatikan karena selama harga minyak rendah maka harga komoditas belum tentu akan 'rebound'. Contohnya petani karet bisa menderita karena harga minyak yang rendah bisa membuat harga sintensi karet murah, bahkan lebih murah dari karet mentah," katanya.
Ia menambahkan harga komoditas yang turun naik akibat pengaruh harga minyak dunia sedang menjadi perhatian di tingkat global karena bisa mengurangi permintaan dan dampaknya mengganggu pertumbuhan ekonomi.
"Dari sebelumnya topiknya harga minyak dunia sekarang (topiknya) menjadi harga komoditas, ini yang ikut menjadi isu global karena membuat pertumbuhan 'slow down'," kata Bambang.
Bambang menjelaskan rendahnya harga komoditas juga menyebabkan ekspor Indonesia ke negara tujuan sedikit terhambat, padahal ekspor merupakan salah satu komponen penyumbang pertumbuhan.
"Pertumbuhan negatif ekspor dan impor mempengaruhi ekonomi kita. Seharusnya kita bisa lebih optimistis, tapi prospek global akhir-akhir ini tidak bisa membuat kita bergantung pada ekspor," katanya.