REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Dana Moneter Internasional (IMF) menyarankan Cina lebih fleksibel dalam menerapkan kebijakan ekonominya, terutama mengurangi intervensi nilai tukar. Hal ini untuk mengamankan moderasi bertahap pertumbuhan ekonomi sementara dan juga menuju reformasi ekonomi.
"Supaya pertumbuhan ekonomi lebih tahan lama dan seimbang, Cina perlu mereformasi reorientasi ekonominya supaya tak terlalu bergantung pada real estate, industri berat, dan permintaan ekspor," tulis IMF dalam prospek ekonomi regional Asia Pasifik, Kamis (7/5).
Dalam Cetak Biru Reformasi Cina 2013, IMF menyertakan pentingnya langkah-langkah yang harus diambil Cina untuk memfasilitasi deleveraging perusahaan, memperkuat disiplin keuangan pemerintah daerah, dan reformasi BUMN. Jika seluruh reformasi ini dilaksanakan, pertumbuhan ekonomi Cina dipekirakan akan moderat enam persen pada 2017.
"Stimulus fiskal harus menjadi strategi pertahanan utama dengan penekanan pada langkah-langkah mendukung konsumsi sektor swasta," tulis IMF.
Bank Sentral Cina sudah melakukan dua kali penurunan suku bunga sejak November 2014. IMF menilai kebijakan kurs di Cina harus memungkinkan fleksibilitas lebih besar dengan mengurangi intervensi valuta asing.