Selasa 28 Apr 2015 20:02 WIB

Menkeu: Merger Atau Buat Baru, Harus Ada Bank Syariah Besar

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Satya Festiani
Bank Syariah Belum Perlu IPO: Petugas melayani nasabah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Senin (16/2).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Bank Syariah Belum Perlu IPO: Petugas melayani nasabah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Senin (16/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dinilai sudah harus mempunyai bank syariah besar, baik hasil merger atau dibentuk bank baru.

Dalam diskusi di Forum Riset Ekonomi Keuangan Syariah (FREKS) 2015, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, yang penting harus ada bank syariah BUKU IV di Indonesia.

''Ini penting. Kalau tidak, akan sulit. Dibandingkan BUKU IV, BUKU III saja masih sulit. Karena skala ekonomi itu penting,'' kata Bambang, Selasa (28/4).

Kalau ada pihak swasta yang punya modal besar dan mau buat bank syariah besar di Indonesia, pemerintah bersyukur. Kalau pun tidak ada, maka pemerintah yang harus membentuk, entah membuat bank baru atau merger anak syariah bank-bank BUMN.

Hal senada diungkapkan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D Hadad. Ia mengungkapkan pada dasarnya Indonesia butuh bank besar agar bisa melakukan banyak hal. Sebab kalau hanya bank-bank kecil, tidak bisa berbuat banyak sehingga bisa memberi kontribusi nyata bagi pembangunan.

Untuk jadi besar, bisa organik dan non organik, salah satunya dengan merger. Menteri BUMN sudah punya komitmen kuat untuk itu.

''Detilnya nanti dilihat, tapi semoga semoga sebelum akhir tahun ini sudah ada arahnya. Bila perlu, jangan hanya menggabungkan bank-bank syariah yang ada tapi pemerintah juga berpartisipasi memberi modal sehingga bank barunya bisa langsung jadi BUKU IV,'' tutur Muliaman.

OJK berusaha mendukung upaya ini bersama Kementerian BUMN. Sehingga minimal ada Bank BUKU III, satu dulu saja. Kalaupun business nature empat bank syariah anak BUMN itu berbeda, Muliaman melihat nanti empat bank itu saling melengkapi kalau digabung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement