Sabtu 14 Mar 2015 11:30 WIB

DBS Perkirakan BI Rate Pekan Depan Tetap

BI Rate (ilustrasi)
Foto: Antara
BI Rate (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- DBS Research Group memperkirakan Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan 7,5 persen, pada rapat dewan gubernur Selasa (17/3) pekan depan, didorong kebutuhan menjaga inflasi dan defisit neraca transaksi berjalan, serta stabilisasi nilai tukar rupiah.

"Kita perkirakan tidak akan ada perubahan, dan dengan kondisi sekarang, kami melihat BI menjaga suku bunga acuan tidak berubah sepanjang 2015," kata Gundy Cahyadi, ekonom Bank asal Singapura tersebut, melalui pesan elektronik diterima di Jakarta, Jumat (13/3).

Gundy mengatakan dengan kondisi saat ini dan perkiraan ke depan tentang tekanan inflasi, BI dan pemerintah perlu mengambil kebijakan dengan ekstra hati-hati, mengingat inflasi tahunan berpotensi masih berkisar di 6 persen. Adapun, pemerintah mengarahkan inflasi di lima persen, sedangkan BI menargetkan inflasi di empat persen plus minus satu persen.

"Kenaikan harga BBM pada November 2014 lalu masih mempengaruhi (meskipun sudah terjadi penurunan), inflasi tahunan kemungkinan masih di 6 persen," kata dia.

Gundy menuturkan BI juga belum memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga, karena potensi pelebaran defisit transaksi berjalan, yang diproyeksikan pada 2015 ini berada di level 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Level defisit di 3 persen perlu dijaga BI, mengingat pemerintah berkomitmen untuk mengakselerasi pembangunan infrastruktur yang akan meningkatkan impor barang modal dan juga berpotensi menaikkan defisit transaksi berjalan.

"Retorika BI selama 20 bulan terakhir telah menyebutkan fokus ke penyehatan neraca transaksi berjalan, dan juga antisipasi kenaikan tiba-tiba suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve," ujar Gundy. Maka dari itu, Gundy menyebutkan realisasi belanja anggaran pemerintah pada 2015 akan sangat mempengaruhi pencapaian pertumbuhan ekonomi.

Menurut dia, BI perlu mempertahankan kebijakan moneter bias ketat untuk memberikan sentimen positif bagi stabilisasi rupiah. Gundy menuturkan, meskipun depresiasi rupiah terhadap dolar AS terus terjadi, namun melihat "real exchange rate", nilai tukar rupiah masih sangat kompetitif dibanding mata uang asing lainnya.

Gundy menekankan bahwa penurunan suku bunga 25 basis poin menjadi 7,5 persen pada Februari 2015 lalu bukan sinyal BI akan melakukan pelonggaran kebijakan moneter. "Melihat stabilitas rupiah tetap menjadi tujuan kebijakan yang penting, pemangkasan suku bunga pada Februari merupakan tindak lanjut dari kenaikan suku bunga pada November 2014, dan bukan permulaan dari pelonggaran kebijakan secara agresif," ujar dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement