Kamis 12 Mar 2015 13:36 WIB

Harga Tahu Tempe di Bali Masih Normal

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Pekerja melakukan proses pembuatan tahu di salah satu pabrik di Mampang, Jakarta, Rabu (11/3).
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja melakukan proses pembuatan tahu di salah satu pabrik di Mampang, Jakarta, Rabu (11/3).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pelemahan Rupiah tampaknya belum berdampak pada komoditas impor berupa kedelai di pasaran. Faktanya, harga jual tahu dan tempe di pasar-pasar tradisional di Denpasar, Bali masih normal.

"Harga tahu dan tempe masih sama, belum ada kenaikan," kata Sri Yuni, pedagang tahu tempe di pasar tradisional Denpasar Barat, Kamis (12/3).

Harga tahu besar bewarna putih masih dijual Rp 2.000 per tahu. Tahu kuning berukuran kecil masih dijual Rp 3.000 per 10 buah. Meski demikian, Sri ikut was-was dengan tren menguatnya mata uang dolar AS yang biasanya akan mendorong peningkatan harga impor bahan baku kedelai dan harga jual tahu tempe di pasaran.

Kepala Tim  Advisory dan Asesmen Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, M Abdul Majid mengatakan pemerintah perlu memastikan ketersediaan kedelai untuk kebutuhan dalam negeri. Hal tersebut mengingat Indonesia mengimpor kedelai hingga 80 persen dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Pakistan, dan Cina.

"Jika dolar AS terus menguat dan impor kedelai terus dilakukan, maka dipastikan akan terjadi kenaikan harga tahu dan tempe yang bisa jadi memicu inflasi," kata Abdul Majid.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement