Rabu 04 Mar 2015 17:32 WIB

Tak Boleh Asal, Masa Tanam Petani Bakal Diatur

Rep: c78/ Red: Dwi Murdaningsih
seorang petani mencangkul di sawah.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
seorang petani mencangkul di sawah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) optimistis target peningkatan hasil produksi beras didukung oleh iklim yang baik di 2015. Diperkuat oleh data Badan Klimatologi Meteorologi dan Geofisika (BMKG), Kementan akan melanjutkan koordinasi dengan petani dalam hal pengaturan sekaligus percepatan masa tanam.

"Zona musim di Indonesia dibagi menjadi 342 zona musim, yang membagi itu BMKG dan Badan Litbang Pertanian melakukan pemetaan disesuaikan dengan masing-masing wilayah," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementan Haryono, Rabu (4/3).

Zona tersebut, lanjut dia, memungkinkan Balitbang untuk menyampaikan informasi, kapan sebaiknya petani mulai melakukan tanam di masing-masing daerah melalui Gugus Kalender Tanam Terpadu. 

Dijelaskannya, kemarau yang mundur berarti masih ada hujan pada April sehingga bagus untuk tetap menanam bagi wilayah lahan tadah hujan. Karenanya, informasi tersebut akan disebarluaskan ke daerah melalui perangkat kalender tanam terpadu. 

"Jadi ada informasi detail kapan bagusnya menanam, berapa curah hujan di masing-masing wilayah, suhu sampai informasi soal sifat hujan apakah normal, di bawah normal atau kering atau di atas normal alias lebih basah," tuturnya.  

Perangkat tersebut, kata Haryono, memberikan informasi ter-update soal kapan waktu mulai tanam yang tepat di masing-masing daerah. Bekerja sama dengan BMKG, disajikan pula informasi mengenai pupuk, benih dan strategi pencegahan tanaman agar yak terjangkit hama penyakit. 

Informasi disebarkan secara online ke seluruh petani melalui lima ribu unit perangkat yang tersebat di kantor pertanian kecamatan. Nantinya, para penyuluh di daerah bertanggung jawab menyampaikan informasi tersebut langsung ke petani.

Ia optimistis, dengan pemberlakuan perangkat yang telah dimulai sejak 2012 tersebut akan efektif mengontrol kondisi produksi pangan agar sesuai target. Selain itu, jika ada kendala pun akan segera bisa dikomunikasikan dengan pusat. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement