Selasa 03 Mar 2015 16:00 WIB

Faktor Eksternal Jangan Sampai Lemahkan Internal Negara

Rep: C15/ Red: Satya Festiani
Petugas menghitung mata uang Dolar AS di jasa penukaran mata uang, Jakarta,Kamis (18/9). (Prayogi/Republika)
Foto: Prayogi/Republika
Petugas menghitung mata uang Dolar AS di jasa penukaran mata uang, Jakarta,Kamis (18/9). (Prayogi/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia, Muslimin Anwar menilai meski ada faktor eksternal yang membuat rupiah menjadi anjlok. Ada beberapa hal di internal yang sebenarnya harus berada dalam posisi menguat, agar rupiah bisa kembali stabil.

 

Muslimin menilai, pemerintah harus menguatkan struktural ekonomi Indonesia, karena saat ini posisi ekspor kita berada ditengah pemulihan ekonomi global yang belum merata. Hal ini dinilai muslimin berpengaruh pada nilai ekspor kita. Dari sisi pertumbuhan ekonomi global yang melambat, harga komoditas juga semakin menunjukan penurunan.

 

"Maka, struktur ekonomi kita harus dibenahi, apalagi pertumbuhan ekonomi kita sudah 2,95 persen. Pemerintah tinggal meyakini para investor saja," ujar Muslimin saat dihubungi Republika, Selasa (3/3).

 

Muslimin menilai, saat ini langkah yang harus dilakukan pemerintah adalah meyakinkan investor dengan melaksanakan alokasi penghematan subsidi bahan bakar minyak ke sekotor riil, sehingga pertumbuhan ekonomi sektor riil menjadi kuat dan mampu bertahan.

 

Selain itu, kita harus bisa membuat formulasi ekspor yang cepat, sehingga kita bisa membangun perekonomian yang lebih leading. Muslimin menilai pemerintah harus memperhatikan suplai demand vallas Indonesia. Melemahnya rupiah saat ini, bisa meningkatkan daya saing Indonesia dalam sisi ekspor. Juga menekan pemerintah untuk tidak mengimpor barang komoditas.

 

"Bisa dilihat celahnya adalah pemerintah bisa mendorong masuarakat untuk memproduksi subtitusi impor untuk meningkatkan produktifitas domestik," tutup Muslimin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement