Jumat 13 Feb 2015 21:18 WIB

Jualan Solar, Pertamina Ngaku Rugi Rp351 Per Liter

Rep: C85/ Red: Bayu Hermawan
Petugas melakukan pengisian solar kapal nelayan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Jumat (6/2).(Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Petugas melakukan pengisian solar kapal nelayan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Jumat (6/2).(Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertamina mengaku mengalami kerugian dari penjualan solar. Sebab dengan harga solar saat ini Rp 6.400 dan subsidi Rp 1.000, Pertamina mengatakan masih merugi Rp 351 per liternya.

"Sekarang saja rugi. Apalagi jika diturunkan. Kerugian ini lebih disebabkan karena solar banyak pakai produk kilang dalam negeri sehinggga biaya inventory lebih besar, mulai dari pembelian crude, inventory crude, proses kilang, hingga inventory produk," jelas Direktur Hilir Pertamina Achmad Bambang kepada Republika, Jumat (13/2).

Bambang mengatakan crude atau minyak mentah dari afrika akan sampai di Indonesia paling tidak 15 hari. Minyak mentah ini adalah hasil pengadaan bulan sebelumnya. Dengan demikian, lanjutnya, beban biaya solar lebih lama dan lebih besar daripada premium.

"Pertamina sejak 2009 sampai dengan 2014 (6 tahun) urus BBM PSO atau subsidi selalu rugi, masak sih sekarang juga harus rugi lagi?," ujarnya.

Saat ini, Pertamina mendapat penugasan kurang lebih 17 juta kilo liter liter ditambah volume untuk industri dan listrik sekitar 16 juta kilo liter, sehingga totalnya 33 juta kilo liter.

"Untuk industri agar bersaing kami gunakan solar eks import, sedang produksi kilang dalam negeri sebanyak 14 juta KL semuanya untuk PSO, sisanya 3 KL import. Jadi untuk PSO, 82% lebih dr kilang dalam negeri," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement