Senin 04 Sep 2023 14:43 WIB

Meski Konsumsi Solar Subsidi Tembus 18 Juta KL, Pertamina Pastikan tidak Ada Impor

Seluruh produksi Solar telah dipenuhi dari dalam negeri

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Foto: Dok. Pertamina
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) memproyek konsumsi Solar subsidi hingga akhir tahun ini bakal melampui kuota. Tingginya konsumsi BBM bersubsidi, dinilai sebagai dampak dari perbaikan kegiatan ekonomi masyarakat pasca pandemi Covid-19. 

“Tahun ini kita prediksi (konsumsi) Solar akan melebihi dari kuota yang ditetapkan sebesar 16 juta kiloliter (KL) atau 16 miliar liter menjadi 18 juta KL. Jadi akan ada dua juta KL yang akan meningkat,” kata Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati di Jakarta, Senin (4/9/2023). 

Kendati kebutuhan bakal lebih tinggi, Nicke mengatakan Indonesia dalam posisi cukup aman dalam menjaga ketersediaan dan harga jual kepada konsumen. Sebab, kata Nicke, seluruh produksi Solar telah dipenuhi dari dalam negeri sehingga tak lagi ketergantungan terhadap impor. 

“Jadi berapapun harga Solar di pasar, kita Alhamdulillah sudah tidak impor lagi. Oleh karena itu harus betul-betul dijaga, supaya ketika ada kejadian apapun produksi kita tidak terganggu,” ujarnya. 

Nicke mengatakan, Pertamina telah melakukan digitalisasi dalam pendataan penjualan Solar sebagai upaya penyaluran BBM bersubsidi tepat sasaran. Berdasarkan data yang dimiliki Pertamina, total ada 3,65  juta pengguna Solar subsidi yang terdaftar.

Seluruh pengguna Solar tersebut kini telah bertransaksi menggunakan Quick Response (QR) Code melalui aplikasi MyPertamina sehingga penjualan Solar dapat dikontrol secara real time. 

“Pembeliannya sudah cashless sehingga nanti kami bisa lakukan pengendalian, apa yang perlu diantisipasi? Adalah permainan dalam penyelewenangan baik itu LPG subsidi maupun BBM bersubsidi dengan menahan stok sehingga harga di pasar meningkat,” ujarnya. 

Seperti diketahui, harga jual solar saat ini dipatok sebesar Rp 6.800 per liter sejak tahun lalu atau menjadi bahan bakar diesel yang paling murah. 

Nicke mengatakan, Pertamina akan terus mendorong bauran diesel dengan bahan bakar nabati sawit untuk meningkatkan ketahanan pasokan. Sejauh ini, Pertamina telah meningkatkan bauran minyak solar menjadi biodiesel 30 persen atau B30. Di mana, 30 persen dari komponen solar dibuat melalui minyak sawit. 

“Kami akan mendorong biodiesel dengan campuran proses sawit, kita juga perlu melihat gasoline untuk dicampur dengan bioenergi sebagai jangka panjangnya,” ujar Nicke. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement