Senin 02 Feb 2015 03:45 WIB

Pengamat: Februari Ada Potensi Deflasi

Rep: c87/ Red: Agung Sasongko
Deflasi (ilustrasi)
Deflasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), melihat adanya potensi deflasi pada Februari 2015. Sementara, inflasi pada Januari diperkirakan di kisaran 0,2-0,3 persen month to month (mtm).

Menurut Eko, ada beberapa faktor yang menyebabkan potensi deflasi pada Februari. Namun, Eko belum bisa memprediksi kisaran level deflasi pada Februari.

“Potensi deflasi ada di Februari, karena kita belum melihat harga minyak dunia akan naik, tren Februari inflasi rendah, dan berbagai macam harga sudah disesuaikan di Januari,” jelas Eko saat dihubungi ROL, Ahad (1/2).

Eko mengatakan, pada Januari sudah ada adjustment mengenai potensi inflasi karena kenaikan upah minimum regional (UMR) yang akan direalisasikan di Januari. Kenaikan UMR akan mendorong daya beli masyarakat sehingga mendorong inflasi.

Pada Februari, lanjutnya, berbagai adjustment sudah dilakukan pada Januari sehingga agak landai kalau terjadi inflasi. Selain itu, juga potensi deflasi dari harga energi yang cenderung terus turun.

Sementara, pada triwulan II biasanya ada dinamika yang agak meninggi. Salah satunya melihat harga minyak dunia atau kebijakan negara pengekspor minyak sehingga harga berbalik arah. Sebab, dalam perkembangan sejarah harga minyak kalau turun tidak akan lama, berbeda saat harga naik bisa bertahan lama.

Kondisi penurunan harga minyak ini, menurutnya, dampaknya mulai terasa bagi negara pengekspor minyak untuk mencegah jangan sampai harga minyak ke jurang rendah.  “Ada impact-nya ke kita, kita cukup besar impor minyak, sehingga komponen dari harga yang terefleksi inflasi cukup besar, harga minyak turun bisa mendorong deflasi, tapi kalau harga berbalik arah kita akan merasakan inflasi yang lebih volatile,” imbuhnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement