REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis selama bulan Februari, Indonesia pengalami deflasi sebesar 0,09 persen.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, dari 82 kota yang dijadikan acuan terdapat 52 kota yang mengalami deflasi. Sementara 30 kota lain mengalami inflasi, namun nilainya juga tidak terlalu tinggi.
"Bulan Februari mengalami deflasi karena sejumlah faktor seperti harga pangan diantaranya bawang, cabai, dan sayur-sayuran turun. Selain itu harga tarif dasar listrik (TDL) dan sektor komunikasi serta jasa keuangan juga mengalami deflasi," ujar Suryamin dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta, Selasa (1/2).
Untuk kota tertinggi mengalami deflasi terendah terjadi di Kota Merauke sebesar 2,59 persen. Untuk kota-kota yang mengalami deflasi cukup besar lainnya terjadi di kota Sibolga, Bogor, dan Sumenep. Sedangkan inflasi yang paling tinggi terjadi di kota Tanjung Pandan.
Suryamin mengatakan, deflasi di bulan Februari merupakan yang kedua dalam lima tahun terakhir. Deflasi pertama terjadi di 2015 sebesar 0,36 persen. Sementara mulai dari 2011-2014 di Februari masih mengalami inflasi.
Dengan nilai deflasi ini, Suryamin menyebut bahwa pemerintah berhasil menjaga stabilitas harga, karena lebih dari 50 persen dari kota yang disurvei mengalami deflasi.