REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, telah mencatat pembukuan pertumbuhan aset mencapai 28,34 persen pada akhir 2014. Total Aset BRI mencapai sebesar Rp 778,02 triliun tumbuh, dibandingkan tahun 2013 yang tercatat sebesar Rp 606,37 triliun.
Direktur UMKM BRI, Djarot Kusumayakti, mengatakan dari hasil kegiatan operasional, baik pinjaman maupun jasa perbankan lainnya, Bank BRI berhasil mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp 24,20 triliun (Bank Only) atau meningkat sebesar 14,35 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2013.
Pertumbuhan laba bersih tersebut menghasilkan earning per share (EPS) sebesar Rp 981 per lembar saham lebih besar dari angka di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 858 per lembar saham.
"Peningkatan laba bersih ditopang oleh kontribusi dari penyaluran kredit yang meningkat. Portofolio kredit Bank BRI tetap konsisten untuk fokus pada pengembangan bisnis UMKM. Sementara kredit di segmen korporasi diutamakan penyalurannya kepada bisnis yang dapat memiliki trickle down business terhadap bisnis UMKM," jelas Djarot dalam konferensi pers di gedung BRI, Jakarta, Senin (26/1).
Menurutnya, penyaluran kredit BRI menguasai industri perbankan nasional, dengan total outstanding kredit BRI tahun 2014 meningkat sebesar Rp 57,79 triliun atau tumbuh sebesar 13,88 persen (yoy), dari Rp 430,62 triliun di tahun 2013 menjadi Rp 490,41 triliun di tahun 2014.
Terkait dengan portofolio pinjaman BRI, bisnis mikro masih memiliki porsi terbesar dan menjadi competitive advantange Bank BRI yang disertai dengan tingkat kualitas kredit yang terjaga. Proporsi pinjaman mikro mencapai 31,25 persen dari total pinjaman Bank BRI dengan komposisi nasabah yang berjumlah 7,3 juta nasabah. BRI terus mempertahankan posisinya sebagai bank nasional yang fokus pada segmen UMKM.
Sementara itu, total kredit macet atau non performing loan (NPL) BRI berada pada angka 1,69 persen. Menurutnya, hal itu menunjukkan dalam proses bisnisnya BRI tetap menjaga kesehatan penyaluran kredit serta pemeliharaan tingkat rasio kredit bermasalah (NPL) gross yang sangat baik. Sedangkan NPL Mikro BRI terjaga pada angka 1,12 persen.
Selain itu, terkait pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), BRI mampu menghimpun dana pihak ketiga tahun 2014, sebesar Rp 600,40 triliun, atau tumbuh sebesar 23,45 persen dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar Rp 486,37 triliun. Hal itu menyebabkan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga tercatat sebesar 81,68 persen pada Desember 2014.