Selasa 13 Jan 2015 06:32 WIB

Bunga Tinggi Tekan Sektor Riil

Rep: Dwi Murdianingsih/ Red: Karta Raharja Ucu
Suku bunga Bank Indonesia
Foto: IST
Suku bunga Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Normalisasi kebijakan moneter di Amerika tidak harus direspons dengan menaikkan suku bunga. Direktur Eksekutif INDEF, Enny Sri Hartati mengatakan Bank Indonesia tidak harus menaikkan suku bunga acuan jika bank sentral Amerika The Federal Reserve atau the Fed menaikkan suku bunga acuan.

Ia berpendapat, BI semestinya bisa menurunkan suku bunga acuan untuk mendoorng sektor riil lebih berkembang di Indonesia. Dari data BI, penyaluran kredit per November untuk sektor UMKM hanya tumbuh 11 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurutnya, penyaluran kredit yang tidak agresif ini salah satunya disebabkan oleh bunga kredit yang tinggi sehingga net profit untuk UMKM menjadi rendah. Hal ini menyebabkan gairah untuk melakukan usaha menjadi berkurang.

Enny menyataka, karena berbagai hal yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi mengakibatkan kini produsen beralih menjadi trader. UMKM tidak lagi berproduksi, namun hanya melakukan aktivitas jual beli saja.

“Suku bunga yang tinggi akan menyulitkan sektor riil untuk bergerak,” ujar Enny, akhir pekan lalu.

Ia berkata, dalam rancangan anggaran pedapatan dan belanja Negara perubahan (RAPBNP) 2015, pemerintah melalui kebijakan fiscal bisa membuat gebrakan yang fundamental dengan mengalokasikan anggaran pembangunan infrastruktur yang cukup besar. Selain itu, kemudahan dalam perizinan usaha diharapkan juga bisa mendorong pertumbuhan sektor riil.

Dengan iklim usaha yang kondusif, menurutnya BI berpotensi untuk menurunkan suku bunga karena kalaupun terjadi capital outflow akibat kenaikan suku bunga The Fed, akan bisa diganti dengan investasi langsung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement