REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah di semester pertama diprediksi masih akan labil. Nilai tukar diprediksi mulai menguat di semester kedua.
Ekonom senior Standard Charter Fauzi Ichsan mengatakan, membaiknya nilai tukar di semester kedua didorong oleh menciutnya defisit transaksi berjalan di semester kedua.
Di semester pertama, rupiah masih labil karena defisit transaksi berjalan masih lebar. Fauzi memperkirakan di akhir tahun defisit transaksi berjalan mencapai 25 miliar dolar AS.
Selain itu, rupiah masih akan labil di semester pertama lantaran adanya kekhawatiran mengenai kenaikan suku bunga di Amerika. Di semester kedua, kekhwatiran ini diharapkan sudah bisa terkonfirmasi dengan pernyataan kebijakan moneter yang diambil negara adidaya tersebut.
“Dengan kehawatiran Fed fund rate, aliran modal yang biasa ‘menombok’ defist transaksi berjalan sulit ditarik,” kata Fauzi, Senin (5/1).
Dia mengatakan rupiah hanya akan terus menguat jika defisit transaksi berjalan semakin kecil dan jika BI menaikkan suku bunga acuan. Namun, perlu diingat suku bunga acuan menurut dia hanya dinaikkan dalam keadaan jika Amerika telah betul-betul menaikkan suku bunga The Fed.
Pada Senin (5/1) nilai kurs tengah rupiah yang dikutip dari website Bank Indonesia berada di level 12,589 per dolar. Nilai ini melamah dari akhir pekan sebelumnya Jumat (2/1) yang berada di level 12.474 per dolar. Pada Rabu (31/12) tahun lalu, kurs tengah rupiah erada di angka 12.440 per dolar AS.