REPUBLIKA.CO.ID,DUBAI--Perbankan dan industri keuangan syariah diprediksi akan tumbuh 19 persen menjadi 2,5 triliun dolar AS atau sekitar 9,175 triliun dirham.
''2014, pertumbuhan industri keuangan syariah terbukti berkembang baik. Tidak hanya melampaui target aset dua triliun dolar AS, tapi juga terbukanya akses ke pasar-pasar baru di berbagai negara Eropa, Korea, Australia, Brasil, Malta, Argentina, Cina, dan banyak negara lainnya,'' tutur Kepala Eksekutif al-Huda Centre of Islamic Banking and Economics (CIBE) Muhammad Zubair Mughal dikutip dari Zawya, Senin (5/1).
Ia mengatakan, sumbangan terbesar masih dari perbankan syariah 86 persen, sukuk enam persen, reksadana syariah empat persen, takaful dua persen dan pembiayaan mikro syariah satu persen. Capaiannya hingga 2,1 triliun dolar AS atau 7,707 triliun dirham.
Mughal mengungkapkan, sukuk yang sempat lesu pada 2013 mulai menunjukkan perbaikan pada 2014. Sementara, masih ada peluang besar pertumbuhan sukuk secara signifikan pada 2015 ini yang diprediksi dapat mencapai 150 miliar dolar AS.
Industri reksadana syariah juga memiliki peluang yang sama dengan pangsa pasar dapat mencapai 100 miliar dolar AS.
Takaful juga akan tumbuh cukup baik sekitar 15 persen. Takaful global juga diproyeksi akan mencapai 20 miliar dolar AS dengan berkembangnya pasar-pasar asuransi syariah baru seperti Tanzania, Namibia, Maroko dan India.
''2015 jadi tanda harapan lebih baik juga bagi warga miskin karena pertumbuhan pembiayaan mikro syariah kini menjadi sorotan sebagai alat mengurangi tingkat kemiskinan,'' kata Mughal.
Mughal juga menyebut sejumlah kabar baik lainnya untuk industri yang berkaitan dengan perbankan syariah dan industri keuangan syariah di India pada 2015. Sebab, 180 juta populasi Muslim di sana sangat menunggu produk-produk keuangan syariah.