Jumat 26 Dec 2014 19:33 WIB

Pemerintah Belum Pasti akan Impor Beras Awal 2015

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Tinjau Stok Beras : Menteri Perdagangan Rachmat Gobel saat memonitor stok beras di Gudang Divre Bulog DKI Jakarta -Banten, Jakarta, Senin (15/12).
Foto: Republika/Prayogi
Tinjau Stok Beras : Menteri Perdagangan Rachmat Gobel saat memonitor stok beras di Gudang Divre Bulog DKI Jakarta -Banten, Jakarta, Senin (15/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga beras yang kian melambung menjelang akhir tahun 2014 membuat pemerintah bertindak cepat. Dinas perindustrian dan perdagangan di berbagai daerah terus melakukan operasi pasar untuk menstabilkan harga dengan mendatangkan beras dari Bulog maupun distributor beras lainnya.

Melihat hal ini, Sekjen Kementrian Perdagangan Gunaryo menuturkan, pihak kementrian akan terus menjaga harga beras dengan memaksimalkan beras simpanan bulog. Pasalnya persedian beras untuk menopang kegiatan di akhir tahun diprediksi akan tercukupi.

"Kalo secara itung-itungan beras simpanan saat ini masih cukup hingga akhir tahun. Lagian akhir tahun tinggal bentar lagi dan belum ada permintaan beras lebih," ungkap Gunaryo kepada ROL, Jumat (26/12). Artinya untuk menekan harga beras, pemerintah tidak akan melakukan impor meski harga di pasaran mulai merangkak.

Namun Gunaryo belum bisa memastikan apakah pemerintah benar-benar tidak akan melakukan impor beras hingga awal tahun 2015. Ini dikarenakan pemerintah masih harus melihat seberapa jauh hasil panen para petani beras.

Selain itu, banyaknya bencana seperti di Banjarnegara dan Bandung dan kawasan Indonesia lainnya bisa saja membuat stok beras kian menipis. "Kalo tidak ada permintaan mendadak masih aman," katanya.

Sejauh ini, beberapa daerah penyuplai beras baik di pulau Jawa, NTB dan beberapa lainnya mengalami penurunan karena musim paceklik. Musim penghujan yang mengakibatkan banjir juga mampu menerjang pesawahan salah satunya di Banyumas yang membuat hasil panen tidak maksimal dan bahkan sampai gagal panen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement