REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Semenjak kenaikan harga BBM, isu konversi BBM ke BBG mulai kembali digulirkan. Namun pemerintah dinilai masih belum maksimal dalam mengampanyekan program konversi ini.
Direktur Alat Angkut Ditjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Soeryono mengungkapkan, mestinya pemerintah tidak perlu repot-repot memikirkan konverter kit untuk BBG ini. "Daripada anggaran untuk bagi-bagi konverter kit, mending jadiin pom bensin. Kan kalau dijadikan program nasional lebih sukses," jelas Soeryono, Selasa (16/12).
Kalau investasi ada, Soeryono berpendapat, maka industri kendaraan bermotor akan mengikuti. "Yang aku pengen bentuk adalah bisnis murninya. Jadi kita tidak perlu berbagi konverter kit, tapi langsung di situ terjadi bisnis. Jadi serahkan industri otomotif untuk tangani ini, semacam dijual bebas," katanya.
Soeryono menambahkan, ke depan pemerintah akan menggenjot industri otomotif untuk membuat kendaraan dengan dedicated engine untuk BBG.
"Gas ini kan sumbernya luar biasa, jadi kalau kita nangani secara serius industri otomotif akan ada dedicated engine, nda ada konverter. Jadi nantinya ada engine digunakan untuk BBG. Sekarang kalau pakai konverter kit lagi, programnya ini dianggap tidak serius," jelasnya.
Soeryono juga menilai, keadaan saat ini dengan harga premium dan pertamax yang tidak jauh selisihnya, akan mendorong program konversi ini lebih sukses.