REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menyusul tren penurunan harga minyak dunia, pemerintah sedang mengkaji penerapan floating tariff atau tarif mengambang untuk premium dan solar. Artinya, harga jual BBM non-pertamax nantinya akan mendapatkan subsidi tetap dengan angka tertentu, dan harganya akan fluktuatif mengikuti harga minyak dunia.
Mudahnya, harga premium dan solar nantinya akan dijual dengan sistem pertamax saat ini. Menanggapi hal ini, Direktur Utama Pertamina Dwi Sucipto menyatakan dukungannya.
Dwi beranggapan, penggunaan floating tarif dapat memberikan kepastian subsididab memudahkan pengawasan terhadap subsidi BBM. "Subsidinya dibuat tetap. Angkanya berapa. Harganya mengikuti. Kami siap bila itu nanti dilaksanakan. Tapi satu hal, pemerintah harus melakukan pemahaman dahulu kepada masyarakat. Kami sebagai pelaku bisnis nya siap siap saja. Tinggal masyarakat ini gimana menanggapinya," jelas Dwi kepada ROL, Senin (8/12).
Sebelumnya, VP Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir juga mendukung rencana ini. Ali menilai, konsep subsidi tetap dapat memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa harga minyak dunia selalu berubah.
"Itu bagus, karena mempunyai dampak pembelajaran psikologis bagi masyarakat. Jadi subsidinya masih ada tapi di-cap. Perliternya entah seribu entah dua ribu, jadi naik turun harganya. Dengan begitu, masyarakat akan terbiasa bahwa harga minyak naik turun. Sesuai dengan harga minyak dunia," ujar Ali kepada Republika beberapa waktu lalu.