REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia menguat pada Jumat (Sabtu pagi WIB), didorong penurunan suku bunga mengejutkan Cina dan harapan agak lebih tinggi bahwa OPEC bisa memutuskan mengurangi produksinya pada minggu depan.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, naik 66 sen menjadi 76,51 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari naik 1,03 dolar AS menjadi 80,36 dolar AS per barel di perdagangan London.
Bank sentral Cina, People's Bank of China (PBoC), secara tak terduga memangkas suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang kendur.
Langkah ini membantu memacu kenaikan harga minyak mentah, tembaga dan beberapa komoditas lainnya karena para pedagang bertaruh pada meningkatnya permintaan dari ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Analis juga didorong oleh komentar dari Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi bahwa bank siap untuk segera memperluas langkah-langkah stimulusnya untuk mengembalikan zona euro ke tujuan inflasinya.
Andy Lipow, kepala konsultan Houston Lipow Oil Associates, mengatakan para pedagang semakin berfokus pada kemungkinan bahwa pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada 27 November bisa menghasilkan keputusan pengurangan produksi.
"Karena kami lebih dekat dengan pertemuan OPEC, kami lebih banyak mendengar dan lebih banyak komentar mengenai perlunya pengurangan produksi," kata Lipow.
Investor minyak mentah "kurang tertarik untuk menjual sampai mereka melihat hasil pertemuan OPEC."
Commerzbank menilai peluang pemotongan kuota OPEC sebagai "tidak mungkin," namun mengatakan kelompok mungkin memutuskan untuk menahan diri untuk memproduksi pada kuota saat ini 30 juta barel per hari.
OPEC saat ini memproduksi lebih mendekati ke 31 juta barel per hari, menurut para analis.