REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lifting gas bumi menunjukkan kinerja menggembirakan dengan realisasi sampai dengan akhir Oktober 2014 yang telah menyentuh angka 7,085 miliar British thermal unit per hari (BBTUD) atau 99,8 persen dari target 7,099 BBTUD yang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2014.
“Di tengah banyak tantangan yang dihadapi industri hulu migas, capaian lifting gas ini cukup menggembirakan. Kami berharap semua pemangku kepentingan akan terus memberikan dukungan sehingga lifting gas bisa terjaga dan memenuhi target yang telah ditetapkan,” ujar Plt Kepala SKK Migas Johanes Widjonarko, seperti dikutip dari rilis, Ahad (16/11) siang.
Kontribusi lifting gas terbesar berasal dari lima kontraktor kontrak kerja sama (Kontraktor KKS), yaitu Total E&P Indonesie, ConocoPhillips (Grissik) LTD, PT Pertamina EP, BP Berau LTD, dan PetroChina International Jabung LTD. “Lima Kontraktor KKS ini berkontribusi melebihi 75 persen dari total lifting gas,” ujar Widjonarko.
Di tengah menurunnya cadangan minyak, gas bumi menjadi harapan bagi sektor hulu migas Indonesia, terutama dengan semakin tingginya permintaan gas domestik. Volume pemanfaatan gas bumi untuk domestik telah meningkat signifikan dari 1,480 BBTUD pada 2003 menjadi 3,774 BBTUD pada 2013 atau meningkat sebesar 155 persen. Sejak 2013, volume gas untuk domestik telah melebih volume gas untuk ekspor, yaitu 3,774 BBTUD (52,6 persen) untuk domestik dan 3,402 BBTUD (47,4 persen) untuk ekspor.
Widjonarko mengatakan industri hulu migas siap untuk memenuhi kebutuhan gas domestik selama infrastrukturnya tersedia. “Ketersediaan infrastruktur menjadi kunci pemanfaatan gas untuk kebutuhan domestik,” ujarnya.
Terkait dengan minyak bumi, prognosa lifting tahun 2014 adalah sebesar 798 ribu barel per hari (BOPD) atau sebesar 97,6 persen dari target 818 ribu BOPD yang tertuang di dalam APBN-P. Pencapaian ini tidak lepas dari kerja keras industri hulu migas dalam menghadapi tantangan-tantangan di lapangan.
Antara lain gangguan operasional produksi (gangguan fasilitas, gangguan sumur, kendala penyerapan minyak, dan lain-lain). Kemudian mundurnya onstream beberapa proyek (termasuk pengembangan penuh Lapangan Banyu Urip dan pengembangan Lapangan Bukit Tua).
Selain itu ketidakberhasilan pemboran beberapa sumur, termasuk penundaan pekerjaan pemboran akibat kendala ketersediaan rig dan kendala perizinan. Angka prognosa lifting minyak sebesar 798 ribu BOPD ini diharapkan dapat bertahan sampai akhir tahun dengan asumsi tidak ada kendala operasional, gangguan cuaca dan kesiapan penyerapan Pertamina selaku offtaker minyak bagian negara, .