REPUBLIKA.CO.ID, Kediri-- Bank Indonesia memilih Jawa Timur sebagai proyek percontohan penerapan ekonomi syariah di Indonesia. Banyaknya pondok pesantren di Jatim dan kultur Islami masyarakatnya menjadi latar pertimbangan.
Gubernur Jatim Soekarwo menyampaikan, dari17 Pondok Pesantren yang dipilih, 10 di antaranya telah disurvey dan dinyatakan siap, sementara tujuh lainnya belum.
”Tetapi kami yakin dan percaya kalau ke 17 ponpes tersebut siap untuk menjadi pengembangan eknomi syariah,” ujar Soekarwo ketika memperingati Halul Akbar 40 tahun meninggalnya KH. M. Djazuli dan Nyai Hj. Rodhiah di Pondok Pesantren Al- Fatah Ploso, Kediri.
Sejalan dengan itu, menurut Soekarwo, penerapan ekonomi syariah di ponpes akan disokong melalui pembangunan lembaga pendidikan kejuruan yang disebut SMK Mini di pesantren-pesantren. Lembaga pendidikan kejuruan berorientasi penguasaan skil tersebut memiliki periode pembelajaran yang singkat, yakni selama enam bulan saja.
Menurut Soekarwo, pada 2015, 55 SMK Mini akan dibangun di ponpes, dan jumlah yang sama juga didirikan pada tahun-tahun mendatang. Sehingga, dalam kurun waktu tiga tahun, Soekarwo berharap, pondok pesantren di Jatim telah mampu mencetak banyak santri profesional yang mampu bersaing dan menjawab tantangan pasar global.
“Sebab, kehidupan pada era pasar global semua orang dari seluruh penjuru dunia bisa masuk ke negara manapun yang dia suka dan mencari keuntungan bagi mereka. Seperti di Indonesia nanti siapapun bisa masuk sesuka hatinya kapan saja mereka mau, sementara pemerintah setempat tidak bias menghalangi atau menghentikan,” ujar Soekarwo.