Rabu 01 Oct 2014 15:05 WIB

Produksi Listrik Indonesia masih Andalkan Energi Fosil

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Petugas PLN memasang instalasi listrik baru di Perumahan Kawasan Mampang, Jakarta, Kamis (7/8). (Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Petugas PLN memasang instalasi listrik baru di Perumahan Kawasan Mampang, Jakarta, Kamis (7/8). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dengan target produksi 10 ribu mega watt listrik pertahun, Indonesia mengandalkan batu bara sebagai tulang punggung energi. Lebih tepatnya bagi produksi listrik kapasitas besar yang cepat dan murah.

Wakil Menteri ESD Susilo Siswoutomo mengatakan pada 2020, target elektrifikasi 125 ribu mega watt sambungan dan dibutuhkan 240 ribu mega watt listrik untuk itu. Sementara produksi saat ini masih 50 ribu mega watt.

Jadi dalam setahun Indonesia harus menambah produksi listrik 10 ribu mega watt yang setara dengan Rp 200 triliun per tahunnya. Indonesia tidak memiliki pilihan lain selain memenuhi kebutuhan listriknya sendiri, baik untuk skala komunitas maupun skala nasional.

''Jika PLN harus mengerjakan sendiri, tidak sanggup. Karena itu peran swasta penting,'' kata Susilo dalam Pameran dan Seminar Kelistrikan, Rabu (1/10). Ia mengatakan jika dulu energi dipenuhi karena permintaan. Maka saat ini energi harus tersedia sebelum menggerakkan ekonomi.

Batu bara jadi tulang punggung utama produksi nasional saat ini mengingat perbandingan harganya yang lebih murah dari minyak bumi. Tantangannya adalah, harus ada teknologi yang ramah lingkungan.

Sehingga meskipun menggunakan batu bara, target penurunan emisi gas rumah kaca hingga 40 persen tetap bisa dipenuhi. ''Dengan memangkas 6 juta kilo liter BBM untuk menghasilkan listrik dari generator, kita sudah ikut memotong impor BBM,'' kata Susilo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement