Ahad 28 Sep 2014 16:25 WIB

Investasi Jadi Andalan untuk Genjot Pertumbuhan

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Joko Sadewo
Investasi di Indonesia (Ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Investasi di Indonesia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Jakarta -- Pemerintah berharap investasi bisa menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi tahun depan. Pontensi investasi di Indonesia diyakini masih sangat besar.

Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengatakan bahwa Indonesia masih menarik sebagai negara tujuan investasi. Namun diakui perlu pembenahan peraturan agar investor tak lantas kabur. "Banyak yang harus diselesaikan, misalnya isu tanah, listrik, semacam itu," kata Menkeu akhir pekan ini.

Hambatan dari sisi birokrasi juga harus dituntaskan. Kini pemerintah tengah menerapkan aturan perizinan satu pintu yang diharapkan bisa mempermudah gerakan investor. Koordinasi perizinan ini melibatkan lintas kementerian seperti Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Badan Koordinasi dan Penanaman Modal.

Berdasarkan laporan terbaru Asian Development Bank (ADB), disebutkan bahwa saat ini terjadi peningkatan investasi langsung (foreign direct investment/FDI) dan investasi untuk aset tetap meningkat sebesar 4,8 persen dan menyumbang 1,2 poin-persentase terhadap pertumbuhan PDB.

Peningkatan ini terutama berasal dari investasi bangunan yang naik sebesar 6,6 persen. Kemudian investasi pada mesin dan peralatan juga naik sebesar 3,0 persen, dan investasi di alat-alat transportasi turun sebesar 8,1 persen. Pertumbuhan investasi pada aset tetap mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir.

Untuk proyeksi ke depan, investasi swasata diperkirakan semakin membaik. Salah satunya karena sentimen positif yang ditunjukkan pasar tehadap kelancaran proses pemilihan umum. Pasar pun berharap pemerintah baru bisa menyederhanakan prosedur usaha dan mengatasi permasalahan infrastruktur yang selama ini menjadi hambatan laten investasi. 

Dari sisi pertumbuhan pinjaman investasi, tahun depan diprediksi tetap tinggi sebesar 30 persen walaupun terjadi pengetatan kebijakan moneter. FDI juga meningkatan sebesar hampir 25 persen pada semester pertama. Lalu ketika aliran dana yang masuk semakin kuat, maka akan membantu mendiversifikasi ekspor dan pendanaan defisit transaksi berjalan.

ADB memperkirakan tahun depan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8 persen. Angka ini lebih rendah dari yang digaungkan Tim Transisi Jokowi sekitar 7 hingga 8 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement