REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS melemah pada Rabu (Kamis pagi WIB), karena prospek kemungkinan gencatan senjata di Ukraina timur mengurangi permintaan pasar terhadap aset-aset yang aman.
Kremlin pada Rabu mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengusulkan rencana tujuh poin untuk menghentikan bentrokan militer di Ukraina timur.
Namun, ia mencatat bahwa Rusia secara fisik tidak dapat menegosiasikan gencatan senjata karena pihaknya bukan merupakan salah satu pihaknya.
Sementara data ekonomi positif AS yang dirilis pada Rabu gagal mendukung dolar. Pesanan pabrik AS pada Juli naik 10,5 persen, sebagian besar sejalan dengan ekspektasi pasar, Departemen Perdagangan AS melaporkan pada Rabu.
Selain itu, Federal Reserve pada Rabu merilis Beige Book yang menunjukkan kegiatan ekonomi mengalami peningkatan sejak laporan enam minggu sebelumnya.
Di sesi sebelumnya, greenback menguat ke tingkat tertinggi dalam lebih dari satu tahun terhadap sekeranjang mata uang utama, karena data manufaktur AS yang positif memperkuat spekulasi bahwa Fed akan menaikkan suku bunganya lebih cepat dari yang diperkirakan.
Para investor sedang menunggu serangkaian data ketenagakerjaan penting AS yang akan diumumkan akhir pekan ini, termasuk laporan penggajian (payroll) non pertanian untuk Agustus pada Jumat.
Sementara itu, investor juga akan memperhatikan pertemuan kebijakan moneter Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis dan mencari indikasi lebih lanjut langkah-langkah pelonggaran moneter.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,3145 dolar dari 1,3126 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,6454 dolar dari 1,6474 dolar. Dolar Australia naik ke 0,9345 dolar dari 0,9274 dolar.
Dolar dibeli 104,84 yen Jepang, lebih rendah dari 105,13 yen pada sesi sebelumnya. Dolar turun 0,9179 franc Swiss dari 0,9195 franc Swiss, dan bergerak turun menjadi 1,0886 dolar Kanada dari 1,0924 dolar Kanada.