REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom PT Bank Permata Tbk Joshua Pardede memperkirakan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed rate) akan mendorong dana asing keluar atau capital outflow dari Indonesia.
"Yang menjadi fokus pasar keuangan di dalam negeri saat ini adalah data ekonomi AS. Ekonomi AS sudah mulai bergerak membaik, itu menjadi potensi AS untuk menaikkan suku bunga," ujar Joshua Pardede di Jakarta, Selasa (26/8).
Ia mengemukakan bahwa salah satu indikator the Fed menaikkan suku bunga yakni inflasi mencapai dua persen dan pertumbuhan ekonomi AS sebesar empat persen. "Saat ini inflasi AS sudah menyentuh tingkat itu. Ekonomi AS juga sudah mulai bergerak terlihat dari indikator data perumahan, tenaga kerja, tingkat pengangguran AS yang mengalami tren penurunan," ucapnya.
Dengan kondisi AS seperti itu, lanjut dia, akan membuat mata uang rupiah dan pasar saham di dalam negeri bergejolak. Joshua mengatakan bahwa untuk meredam dana asing keluar dan gejolak di pasar keuangan domestik, diperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 8,0 persen pada 2015.
"BI rate saat ini di level 7,5 persen diperkirakan bertahan hingga akhir tahun 2014 ini, tahun depan ada opsi ke tingkat 8,0 persen untuk meredam capital outflow karena kenaikan Fed rate," katanya.
Selain itu, ia mengatakan bahwa pemerintah mendatang juga harus menekan tingkat korupsi. Saat ini, tingkat korupsi Indonesia di peringkat 144 dari 175 negara di dunia.
Ia menambahkan bahwa yang juga harus menjadi perhatian pemerintah yakni sistem birokrasi. Selama ini, investor asing yang masuk ke Indonesia melalui penanaman modal asing (PMA) banyak mengalami kendala. Kondisi infrastruktur di Indonesia juga belum memadai sehingga biaya logistik cukup mahal. "Diharapkan ada pembenahan korupsi sehingga menurun, menghilangkan birokrasi yang tidak efisien dan mendorong pembangunan infrastruktur," katanya.