REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat penerbangan Jusman Syafii Djamal menilai keputusan restrukturisasi utang merpati adalah langkah yang bagus. Jika utang masa lalu direkstrukturisasi, neraca perusahaan bisa kembali nol.
Namun, hal yang perlu diingat bahwa ada dua macam utang yang menjadi beban maskapai pelat merah ini. Pertama adalah utang masa lalu dan kedua utang masa kini atau utang berjalan.
Ia mencontohkan, utang masa kini antara lain gaji karyawan dan utang bahan bakar dengan pertamina. Sementara contoh utang berjalan adalah depresiasi dan amortisasi.
"Debt to equity swap hanya bisa dilakukan pada utang masa lalu dan harus dapat izin DPR," katanya saat dihubungi Republika, Jumat (15/8).
Menurut Jusman, meski menghadapi masa pergantian pemerintahan, cepat tidaknya rekstrukturisasi di tubuh Merpati tergantung pada kegesitan Menteri BUMN, Dahlan Iskan. "Menurut saya kredibilitas Dahlan untuk menghadapi DPR sudah bagus, ia bisa selesaikan masalah Merpati," imbuh mantan menteri perhubungan ini.
Kegagalan efisiensi pada manajemen Merpati, menurut Jusman, karena ketidakfokusan Merpati dalam menyasar pasar. "Merpati tidak fokus mau jd maskapai penerbangan apa? Perintiskah? Atau menguasai rute domestik yang murahkah? Atau apa?" kata Jusman.