REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Ekonom Mandiri Destry Damayanti memperkirakan inflasi Juli 2014 akan sesuai dengan prediksi pemerintah di bawah satu persen, yakni 0,75 persen (month to month) dan inflasi tahunannya 4,6 persen (year on year).
Ia mengatakan seperti tren Ramadhan dan Lebaran pada umumnya, harga bahan pangan memang naik, namun pada tahun ini kenaikan harga terkendali.
Jika dibandingkan dengan momentum Lebaran di tahun-tahun sebelumnya, besaran inflasi selalu di atas satu persen. Pada 2013, ketika Lebaran jatuh pada Agustus, level inflasi tercatat di 1,12 persen.
"Harga bahan pangan yang paling berpengaruh terhadap inflasi. Saya kira pemerintah juga cukup berhasil mengendalikan harga bahan pangan di pasar, untuk gula, beras, dan lain-lain. Inflasi kemungkinan memang di bawah satu persen," kata dia.
Selain Ramadhan, dan Lebaran, kenaikan permintaan konsumen di pasar juga terjadi karena kombinasi dari momentum mulainya tahun ajaran baru pendidikan dan Pemilihan Presiden 2014.
Amblesnya Jembatan Comal, Pemalang, Jawa Tengah, dikatakan Destry, memang dapat menaikkan biaya logistik dan akhirnya berujung pada kenaikan harga barang. Namun, dampak dari terhambatnya sistem logistik itu, kata dia, tidak signifikan dan berhasil diatasi pemerintah untuk menjaga harga tetap terkendali di pasar.
Dia menambahkan, selain karena harga bahan pangan stabil, rendahnya inflasi juga dipicu dari penurunan harga emas. Harga emas internasional memang mengalami penurunan pada beberapa momentum di Juli.
Selain itu, lanjut Destry, penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS juga turut menekan inflasi Juli.
"Kita terbantu juga oleh apresiasi rupiah sepanjang Juli," ujar dia.
Di sisi lain, Destry menambahkan kenaikan tarif listrik industri untuk kedua kali pada awal Juli memang memungkinkan menjadi salah satu hal yang membuat inflasi naik.