REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Pensiunan Negara Tbk (BTPN) mengalami penurunan laba komprehensif pada akhir semester pertama 2014. Penurunan laba didorong oleh tingginya beban operasional.
Dalam laporan keuangan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (22/7), BTPM melaporkan penurunan laba sebesar 9,4 persen menjadi Rp 997,94 miliar. Beban operasional perseroan mengalami peningkatan sebesar 17,7 persen menjadi Rp 2,503 triliun.
Direktur Utama BTPN Jerry Ng mengatakan, kondisi ekonomi nasional yang melambat masih menjadi penghambat pertumbuhan perbankan. "Tahun ini merupakan tantangan bagi industri perbankan," kata Jerry dalam keterangannya, Selasa.
Perseroan fokus menjalankan operasional secara konservatif dan penuh kehati-hatian. Hal ini dilakukan agar kinerja perusahaan terjaga. Terlihat meski pun mencatat penurunan laba bersih, perseroan membukukan kenaikan pendapatan sebesar 2,6 persen menjadi rp 3,533 triliun.
Penyaluran kredit BTPN sepanjang semester pertama tumbuh moderat, yaitu 15 persen menjadi Rp 50 triliun. Penyaluran kredit triwulan II dibandingkan triwulan I sebesar 6,3 persen.
Penyaluran kredit yang tumbuh moderat tetap menjaga prinsip kehati-hatian. Hal ini ditunjukkan dengan rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) gross sebesar 0,9 persen.
BTPN juga menyeimbangkan porsi penyaluran kredit dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Per akhir Juni 2014, DPK perseroan tumbuh 10 persen menjadi Rp 52,7 triliun.
Rasio kredit terhadap tabungan atau loan to deposit ratio (LDR) terjaga di level 95 persen. "Kalau memperhitungkan pendanaan dari obligasi, LDR kami mencapai 85 persen," kata Jerry.