REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (11/7) pagi bergerak melemah sebesar 56 poin menjadi Rp 11.629 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 11.573 per dolar AS. "Nilai tukar rupiah bergerak melemah pada pagi ini menyusul meredanya euforia pilpres, sebagian pelaku pasar cenderung mengambil posisi ambil untung," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada.
Ia menambahkan bahwa setelah pelaku pasar merasa pilpres dapat berjalan dengan aman, damai, lancar, dan terkendali, pelaku pasar akan kembali melihat fundamental ekonomi Indonesia serta perbaikan defisit neraca perdagangan Indonesia. Menurut dia, mata uang rupiah masih berpotensi untuk kembali bergerak menguat seiring dengan masih tetapnya acuan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) di level 7,5 persen, penetapan BI rate itu dinilai masih cukup positf menjaga pertumbuhan ekonomi domestik.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa pemerintahan baru mendatang diharapkan memiliki langkah signifikan dalam memperbaiki kinerja neraca perdagangan Indonesia untuk meredam defisit. "Kinerja neraca perdagangan Indonesia yang positif akan menjadi sentimen yang baik bagi investor asing sehingga akan mendorong investasi lebih banyak dan mata uang rupiah dapat memperpanjang penguatannya," katanya.
Dari eksternal, ia mengatakan bahwa sentimennya masih cenderung negatif bagi mata uang rupiah setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang memberi sinyal untuk mengakhiri program quantitative easing (QE) pada Oktober 2014. "Kondisi itu akan membuat mata uang dolar AS menjadi diminati pelaku pasar uang," katanya.