REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mencermati potensi tekanan inflasi yang berasal dari pola musiman perayaan jelang lebaran dan risiko lainnya seperti potensi tekanan penyesuaian administered prices dan peningkatan harga pangan akibat dampak El Nino.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara mengatakan, pihaknya akan bekerja sama dengan pemerintah untuk menjaga inflasi agar tetap sejalan dengan pencapaian sasaran inflasi yang ditargetkan. Administered price adalah inflasi kelompok komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.
"Dalam mengantisipasi risiko tersebut, Bank Indonesia akan memperkuat koordinasi pengendalian inflasi, khususnya melalui forum TPI (tim pengendali inflasi) dan TPID (tim pengendali inflasi daerah)," ujar Tirta di Gedung BI, Jakarta, Kamis (10/7).
Inflasi pada Juni 2014 sendiri relatif terkendali sesuai dengan pola musimannya. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Juni mencatat inflasi sebesar 0,43 persen (mtm) atau 6,7 persen (yoy). Tirta menuturkan, meningkatnya inflasi bulanan pada Juni sesuai dengan pola musiman menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
Secara tahunan, inflasi masih menunjukkan tren yang menurun. Inflasi menjelang Ramadhan didorong oleh inflasi volatile food yang mencapai 1,06 persen (mtm) atau 6,74 persen (yoy).
Sementara itu, inflasi inti masih terkendali dan relatif stabil di kisaran 0,25 persen (mtm) atau 4,81 persen(yoy). Di sisi lain, inflasi administered prices sedikit meningkat menjadi 0,45 persen (mtm) atau 13,47 persen(yoy), terutama disebabkan oleh penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan Rumah Tangga dengan daya listrik 6.600 VA ke atas.