REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Jumat (4/7) pagi menguat sebesar 35 poin menjadi Rp 11.882 dibandingkan sebelumnya di level Rp 11.917 per dolar AS. Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan bahwa obligasi atau Surat Utang Negara (SUN) perdana dalam valuta asing berdenominasi euro yang mengalami kelebihan permitaan menjadi salah satu fator mata uang rupiah menguat.
Kendati demikian, lanjut dia, sentimen di dalam negeri menjelang pemilu presiden membuat sebagian pelaku pasar keuangan masih cenderung memilih untuk menahan diri. "Penguatan mata uang domestik diperkirakan terbatas menyusul data AS yang menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja, membaiknya data AS itu dapat mendorong penguatan dolar AS," katanya.
Sementara itu, Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan bahwa defisit neraca perdagangan Indonesia diperkirakan masih menjadi penahan laju rupiah untuk terus bergerak menguat. "Pelaku pasar uang masih mengkhawatirkan kinerja neraca perdagangan Indonesia," katanya.
Ia menambahkan bahwa minyak mentah dunia yang masih berpotensi menguat dapat menambah kekhawatiran pasar terhadap perbaikan kinerja neraca perdagangan Indonesia. Selain itu, lanjut dia, kinerja rupiah juga masih akan terbebani oleh ekspektasi inflasi yang cenderung meningkat pada tahun ini menyusul kenaikan tarif dasar listrik (TDL) serta meningkatnya harga bahan pokok menjelang Hari Raya Lebaran.