REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia menyerukan perlunya negara-negara untuk lebih menekankan pentingnya investasi terhadap pengelolaan risiko bencana alam mengingat dampak bencana tidak hanya terkait dengan korban masyarakat tetapi juga kerugian ekonomi.
"Dampak ekonomi dari bencana alam sedang meningkat. Kita mesti segera berinvestasi lebih banyak dalam mengelola risiko itu dan membangun ketahanan," kata Wakil Presiden dan Duta Khusus Perubahan Iklim Bank Dunia Rachel Kyte dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (1/7).
Berdasarkan data Bank Dunia, jumlah bencana alam telah berlipat ganda dalam tiga dekade terakhir, dengan beban biaya dari beragam bencana tersebut melonjak dari sekitar 50 miliar dolar AS per tahun pada dekade 1980-an menjadi hampir mencapai 200 miliar dolar AS per tahun pada dekade terakhir.
Untuk itu, ujar dia, memahami bencana alam merupakan hal yang penting bagi berbagai negara guna menghambat dampak kepada masyarakat dan finansial yang disebabkan oleh banjir, badai, gempa bumi dan bencana lainnya yang berpotensi merusak. Ia mengemukakan, untuk meningkatkan pemahaman tersebut, lebih dari 800 pakar pengelolaan dampak bencana dan perwakilan dari beragam pemerintahan, LSM, perusahaan teknologi dan finansial dari seluruh dunia telah berkumpul di London pada pekan pertama Juli 2014 guna menyelenggarakan Forum Understanding Risk (UR) sebagai tempat untuk berkolaborasi serta membagi pengetahuan dan inovasi.
"Forum UR menawarkan landasan yang ideal untuk memperlihatkan pemikiran inovatif dalam asesmen risiko serta produk baru di area seperti asuransi terkait risiko cuaca dan bencana, serta mendorong kemitraan dan solusi berkelanjutan," katanya.