Senin 30 Jun 2014 15:23 WIB

Konversi BBG Harus Mulai Dibarengi dengan BBN

Penguji menguji bahan bakar nabati bioetanol yang dibuat dari bahan-bahan alternatif seperti klobot jagung, sekam padi, ilalang, tebu dan jerami.
Foto: Antara/Syaiful Arif
Penguji menguji bahan bakar nabati bioetanol yang dibuat dari bahan-bahan alternatif seperti klobot jagung, sekam padi, ilalang, tebu dan jerami.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah harus mulai memikirkan mengganti konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dengan melakukan konversi ke bahan bakar gas (BBG) yang dibarengi dengan penggunaan bahan bakar nabati (BBN).

"Harga BBM di dunia akan semakin mahal, reservoar-reservoar minyak sudah semakin menipis. Karenanya sudah waktunya secara serius meningkatkan penggunaan etanol (BBN) dan melakukan konversi ke BBG," kata Low Emission Development Strategy Cluster Coordinator Indonesia Climate Change Center (ICCC) Artissa Panjaitan di Jakarta, Senin (30/6).

Berbeda dengan BBM, ia mengatakan kondisi cadangan gas Indonesia masih banyak yang bisa dimanfaatkan. Karenanya selain berbicara soal pengembangan BBN, harus mulai pula dipikirkan untuk melakukan berversi dari bahan bakar minyak ke BBG.

Perhitungan untuk mulai menggunakan etanol menggantikan bensin dari minyak bumi dan melakukan konversi ke gas, menurut dia, bukan karena salah satu strategi tersebut lebih unggul dari yang lain. "Selama hasilnya bisa hemat uang dan mengurangi emisi, itu strategi yang bagus diambil," ujar dia.

Semakin sedikit yang diboroskan dalam biaya energi maka, menurut dia, maka akan semakin banyak bisa dikerjakan untuk pembangunan. Sementara itu perhitungan Kementerian Keuangan menunjukkan subsidi BBM dalam APBN 2014 dipatok Rp 210,7 triliun akan meningkat hingga Rp 285,0 triliun. Sedangkan subsidi listrik diproyeksi melonjak dari pagu Rp 71,4 triliun menjadi Rp 107,1 triliun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement