REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (26/6) pagi melemah sebesar tiga poin menjadi Rp 12.085 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 12.082 per dolar AS.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta, Kamis (26/6) mengatakan bahwa pelemahan mata uang rupiah dipicu dari meningkatnya harga minyak dunia. Harga minyak mentah global kembali naik sekitar 0,11 persen menjadi 106,62 dolar AS per barel pada hari ini. "Pelemahan mata uang juga terjadi pada negara-negara berkembang lainnya merespon harga minyak mentah global," katanya.
Ia menambahkan bahwa kenaikan harga minyak mentah dunia itu akan membuat perbaikan neraca transaksi berjalan tertahan dan membuat beban subsidi APBN bisa membengkak. Menurut dia, meningkatnya beban subsidi itu akan terjadi karena pemerintah belum mengeluarkan opsi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Namun di sisi lain, lanjut dia, bank Indonesia menyatakan bahwa pelemahan mata uang domestik juga diperlukan untuk mendorong kinerja ekspor. "Diperkirakan rupiah berpotensi kembali melemah terutama setelah merespon pernyataan dari BI itu," katanya.
Menurut dia, pelemahan mata uang rupiah itu diharapkan dapat mendorong ekspor lebih baik sehingga berdampak positif pada neraca perdagangan Indonesia.