REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksikan menguat di semester II-2014. Alasannya, performa ekspor Indonesia akan mengalami perbaikan.
Ketidakpastian politik juga sudah reda karena presiden telah terpilih. "Faktor nonfundamental yang mempengaruhi rupiah akan reda," ujar ekonom PT Bank Mandiri, Tbk Destry Damayanti, Senin (9/6).
Secara fundamental, katanya, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 11.000-11.500 per dolar AS. Sementara itu, untuk akhir tahun, rupiah diprediksikan pada level Rp 11.400 per dolar AS dengan asumsi pilpres berjalan lancar.
"Ada yang namanya market sentiment. Kalau pemilu prosesnya bagus, akan memberikan inflow," ujarnya. Padahal, Destry memprediksikan defisit transaksi berjalan akan melebar menjadi 3,1 persen dari PDB pada akhir 2014.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini menguat. Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah ditransaksikan pada Rp 11.790 per dolar AS. Menguat dari akhir pekan lalu yang ditransaksikan pada Rp 11.823 per dolar AS.
Destry mengatakan, pelemahan rupiah saat ini disebabkan banyaknya ketidakpastian pada Juni. Seperti pilpres dan angka defisit transaksi berjalan yang meningkat.
Selain itu, permintaan akan dolar AS juga meningkat untuk pembayaran utang. Ia berharap BI melakukan pendalaman pasar valas. Salah satunya dengan memperkaya tenor forex swap.
"Banyak yang lebih memilih menanamkan dana di luar negeri karena instrumen di Indonesia belum variatif," ujarnya.