Ahad 20 Apr 2014 15:51 WIB

Industri Gaya Hidup Halal dan Keuangan Syariah Masih Belum Tersambung

Rep: Ichsan Emrald/ Red: Indira Rezkisari
Restoran halal (ilustrasi).
Foto: traveltextonline.com
Restoran halal (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Meski memiliki potensi yang sangat besar, dua industri keuangan syariah dan makanan halal masih minim kerja sama.

Padahal menurut pelopor industri keuangan syariah dan gaya hidup halal, Rushdi Siddiqui keduanya adalah 'kembar yang dipisahkan sejak lahir'.

Menurut mantan Managing Director Azka Capital, saat ini sangat sedikit konektivitas antara keuangan syariah dan makanan halal.

Menurut analisis DinarStandard  Secara umum telah terjadi 340 transaksi investasi di segmen pangan dan pertanian dalam negara-negara OKI (antara 2011-2013) dengan nilai total transaksi pada 14.9 miliar dolar.

Namun hanya 17 transaksi yang berhubungan dengan perusahaan makanan halal dilaporkan di dunia. Di mana hanya terdapat tujuh transaksi yang nilainya diungkapkan berjumlah 22 juta dolar AS saja.

Ia yang kini telah bergabung dengan DinarStandard, menyampaikan potensi hubungan keduanya sangatlah besar.Padahal berdasarkan data DinarStandard, industri keuangan syariah dan makanan hal adalah yang terbesar. Industri keuangan global mencapai 1,354 triliun dolar dan industri makanan halal sebesar 1,088 triliun dolar AS di 2012.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement