Rabu 09 Apr 2014 17:46 WIB

Perbankan Syariah Mulai Melirik Sektor 'Berisiko'

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Nidia Zuraya
Perbankan Syariah.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Perbankan Syariah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi syariah Adiwarman Karim menyatakan saat ini beberapa perbankan syariah mulai membiayai sektor yang dianggap berisiko. Ia mengatakan untuk sektor perkebunan, misalnya, perbankan syariah sudah membiayai transportasi dan penanaman.

Tak hanya itu, perbankan syariah juga telah membiayai pabrik pengolahan. Selain perkebunan, perbankan syariah juga telah masuk ke sektor pertanian. Ia mencontohkan, seperti pakan ternak, penggemukan sapi, dan peternakan ayam. Hanya saja memang skala pembiayaan masih sangat kecil. Karena, tutur dia, semua juga harus melihat skala modal bank syariah.

Sekretaris Perusahaan Bank Muamalat, Meitra N Sari menyampaikan perbankan syariah memang sudah seharusnya lebih banyak berperan dalam sektor pertanian. Akan tetapi untuk sektor pertambangan yang banyak di antaranya masih memiliki beban sosial dan lingkungan yang tinggi, bank syariah harus lebih berhati-hati.

Ia mengingatkan industri yang berpotensi merusak tatanan sosial dan lingkungan hidup bisa dinilai sebagai industri yang tidak syariah. Untuk saat ini Bank Muamalat Indonesia belum terlalu besar dalam porsi pembiayaan ke sektor pertanian, terutama agroindustri. Ini terutama karena menghindari beban sosial dan lingkungan itu tadi.

''Apa jadinya jika bank syariah turut membiayai usaha perkebunan yang membakar lahan dan merusak lingkungan?" tutur dia kepada ROL, Rabu (9/4).

Akan lain ceritanya, tutur dia, jika perusahaan perkebunan tersebut sudah memiliki semua syarat yang diperlukan untuk memastikan bahwa kegiatannya green dan berkelanjutan. Selain itu tentunya mengantungi semua izin yang diperlukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement