Kamis 20 Mar 2014 16:32 WIB

IHSG Anjlok karena Kebijakan Bank Sentral Amerika

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.    (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral Amerika Serikat the Federal Reserve menyatakan kembali mengurangi pembelian obligasi sebesar 10 miliar dolar AS menjadi 55 miliar dolar AS pada April 2014. The Fed juga berencana menaikkan suku bunga dengan target satu persen hingga akhir 2015.

Langkah The Fed akan memberikan tekanan pada negara-negara pasar berkembang. "Hal ini berpotensi terjadinya pembalikan arus modal," kata analis First Asia Capital David Sutyanto, Kamis (20/3).

Keputusan the Fed telah menghantam pasar modal negara berkembang, termasuk Indonesia. Pada perdagangan Kamis (20/3), indeks harga saham gabungan (IHSG) melemah 122,48 poin atau 2,54 persen ke level 4.698,97. Padahal, sepanjang awal pekan ini indeks terdongkrak oleh efek pencapresan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo.

Indeks bergerak bervariasi dengan kecenderungan terkoreksi merespon perkembangan di Wall Street. Nilai tukar rupiah berpeluang melemah dan memicu aksi ambil untung terutama saham-saham yang sensitif suku bunga.

Prediksi ekonomi akan tumbuh lebih cepat ternyata tidak sesuai harapan. Badai salju dan cuaca dingin di beberapa wilayah di Amerika Serikat membuat perbaikan pertumbuhan ekonomi terhambat.

Ekonom PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) A Prasetyantoko mengatakan, rencana kenaikan suku bunga the Fed akan memberi dampak pada negara berkembang. "Pasar keuangan Indonesia masih terus fluktuatif akibat tekanan domestik dan global," kata Prasetyantoko.

kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga paling cepat pertengahan 2015. IHSG diprediksi akan stabil di 4.700. Sementara nilai tukar rupiah diperkirakan sebesar Rp 11.400.

Prasetyantoko menilai, the Fed baru akan menaikkan suku bunga di pertengahan 2015. Hal ini disebabkan masih belum solidnya perekonomian AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement