REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski inflasi terjadi pada 2013, peluang investasi saham masih menjanjikan. "Dalam jangka panjang tidak perlu takut investasi saham," kata Demetrius Ari Pitojo, Director Chief Investment Officer PT Eastspring Investment ditemui saat acara penandatanganan kerja sama Eastspring Investment Indonesia dengan HSBC, Rabu (19/2).
Ari mengatakan, calon investor tidak perlu takut berinvestasi dalam bentuk reksa dana saham di tengah kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Meski inflasi terjadi tahun lalu, dan neraca perdaganga turun tidak semata memengaruhi nilai saham. Dua bulan pertama di awal tahun ini, nilai saham justru naik 2 persen.
Selain itu, kepercayaan konsumen justru tinggi meski harga barang dinaikkan. Setelah kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) termasuk gas elpiji, daya beli masyarakat tidak menurun. Perusahaan banyak yang berani menaikkan harga. Walaupun volume penjualan mungkin menurun. Namun masih tertutup dari laba yang diperoleh.
Tantangan tahun ini memang berada pada nilai suku bunga. "Tahun ini belum bisa diprediksi apakah suku bunga turun atau naik," kata Ari. Kemungkinan untuk naik belum ada saat ini. Meski ada tekanan inflasi, harga bahan bakar dan listrik masih bertahan hingga saat ini.
Laporan dari bank-bank di Indonesia juga menunjukkan hasil yang baik. Tentunya bank besar lebih baik dari yang kecil. Tidak ada penurunan deposito yang dilakukan bank.
Tantangan lainnya terletak pada laba yang bisa dijaga oleh perusahaan. Menjaga besarnya laba sangat penting bagi perusahaan untuk keberlangsungan nilai saham. Sejauh ini, saham masih menjadi investasi baik. Nila return yang tinggi juga menjadi daya tarik lebih saham.